Aku,
Terpana saat memandang sang cenderawasih,
Terbangnya lembut di awanan biru,
Membelah sinar mentari yang baru beradu,
Menerjah perlahan menongkah anginan timur.
Ku lihat,
Berteduhan sang cenderawasih di dahanan,
Menghinggap senyap memerhati cantingan alam,
Nada kicauannya bersendu keriangan,
Dendang nyanyiannya bergema segenap rimba,
Sepertinya bercanda buat si penunggu setia.
Dia,
Semegah namanya yang berbaur abadi,
Mengepak hebat ampuh sayapnya,
Mengibas hebat merak warnanya,
Maka terselah gahnya unggas kayangan,
Terpamer indah susuk ciptaanNya.
Maka aku,
Mengamati cermat sang 'bidadari',
Menafsir tekun pada ujudnya,
Mengkhayal cerna akan perilakunya,
Mengasyik tajam saat siulannya,
Menyelami ia ke dalam renjau dunia fana.
Maka,
Apabila sang ratu terbang pulang,
Aku menghela nafas keluhan,
Menutur bicara bermuram duka,
Entahkan bila bisa ku amati semula,
Bertemu cenderawasih idaman semua.
Adalah,
Sang mergastua itu bukannya unggas rakyatan,
Ia ratu di kayangan impian,
Hadirnya bagai mimpi siangan,
Sekejap terlamun,
Tapi mendalam igauannya.
Berasal dari Telok Panglima Garang, Selangor, penulis merupakan seorang pendidik yang mengamati karya sastera dan gemar membaca. Genre bacaan termasuklah autobiografi, politik, sejarah, motivasi, agama dan komik.
Comments